Mulai dari mencium pipi dan kening, mencium tangan beliau sehari lima kali, memijiti pundak beliau, mendengarkan kisah ceria beliau, sampai menemani beliau memasak dan berbelanja. Ya, meski sekedar membantu mengisi panci dengan air untuk direbus, menumbuk aneka bahan sambal ataupun mempersiapkan bahan-bahan masakan. Yang tak kalah serunya, memboncengkan beliau ke pasar yang jauhnya sekitar sepuluh kilo meter dari ‘surga’ kami.
Di sepanjang jalan, ibu bercerita banyak hal. Tentang mimpinya, tentang kesehariannya jika saya tidak di rumah, tentang masjid, imam dan jama'ahnya, juga tentang siapa yang telah mati dan siapa yang nikah atau nikah lagi.
Nah, beberapa bulan yang lalu, saya diliputi perasaan bersalah lantaran merasa belum bisa membahagiakan ibu. Alhasil, saya menelpon beliau. Sedetik setelah mengucap salam, air mata saya tumpah. Beliau bingung. Saya hanya berucap, "Maafkan saya Bu. Saya belum bisa membahagiakan Ibu. Doakan agar kami menjadi anak sholih dan bisa membuat Ibu bahagia."
Beliau bingung. Namun beliau sangat memahami anak-anaknya. Beliau hanya menjawab lirih, penuh tenaga, "Gak apa-apa, Nak. Ibu tak akan pernah lelah dan tak akan pernah lupa mendoakan kalian semua. Terima kasih untuk baktimu selama ini."
Maka menangis, bagi saya adalah ekspresi jiwa. Bukan perlambang kelemahan. Tapi pekanya hati. Sebelum tangis syahdu itu, saya tunaikan witir. Dan setelahnya, saya tidur dengan sangat tenang.
Pagi hari, sebelum genap jam 7 pagi, ada sms masuk bahwa salah satu pembeli buku sudah melakukan transfer. Tak berselang lama, ada konfirmasi sejenis. Bahkan, ada satu transferan masuk yang belum konfirmasi sampai beberapa jam setelahnya.
Siang pun damai. Sudah menyelesaikan 2 tulisan. Satu sudah dimuat di website dan satunya dikirim ke media cetak. Semoga tulisan kedua menemukan takdir terbaiknya.
Ibu itu, bagi saya, orang tercantik di dunia ini. Jika kemarin ada yang bilang bahwa hanya doa ibu yang bisa mengalahkan Barcelona. Maka menurut saya, saat ini, hanya doa Ibu yang bisa mengalahkan Bayern Muenchen. :D
Ibu, adalah oase di tengah kegersangan dunia yang penuh makar. Mari, cintai Ibu, melebihi cinta kita kepada diri kita sendiri.
sumber : http://www.bersamadakwah.com/
0 komentar:
Posting Komentar