
Budidaya ikan jelawat merupakan salah satu upaya dalam pengembangan ikan-ikan asli Indonesia yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Umumnya ikan jelawat ditemukan dibeberapa sungai di Sumatra dan Kalimantan. Ikan jenis ini memiliki potensi ekonomis penting, bahkan dapat dimasukkan dalam kategori komoditas ekspor potensial. Secara morfologi, ikan ini memiliki bentuk tubuh agak bulat dan memanjang, mencerminkan bahwa ikan ini termasuk perenang cepat.
Kepala bagian sebelah atas agak mendatar, mulut berukuran sedang, garis literal tidak terputus, bagian punggung berwarna perak kehijauan dan bagian perut putih keperakan, pada sirip dada dan perut terdapat warna merah, gurat sisi melengkung agak kebawah dan berakhir pada bagian ekor bawah yang berwarna kemerah‐merahan, mempunyai 2 pasang sungut. Pemeliharaan Ikan Jelawat umumnya mengandalkan hasil penangkapan dari perairan umum yang dilakukan pada musim hujan.
Ikan ini  berbiak di sungai pada  permulaan musin hujan, dengan anak benih  tersedia secara musiman.  Karena penangkapan benih hanya mengandalkan  hasil penangkapan di  perairan umum, maka pada umumnya kontinuitas  keberadaan Ikan Jelawat ini   terganggu. Melihat kondisi tersebut, maka perlu adanya upaya   pembudidayaan dengan metode yang mengandalkan penguasaan teknologi.   Pembudidayaan ini pun menjadi peluang usaha dan nantinya akan memberikan keuntungan yang besar. Metode pembudidayaan Ikan Jelawat ini dapat dilakukan dengan beberapa tahap, yakni Pematangan Gonad, Pemijahan, Penetasan, Pemeliharaan Larva, dan Pendederan. 
Pematangan Gonad
Pada tahap ini, induk dipelihara dalam kolam khusus berukuran 500-700 m2 penebaran 0,1-0,25 kg/m2. Selama pemeliharaan, induk ikan diberi pakan pelet dengan kandungan protein 25‐28%. Pakan tersebut diberikan sebanyak 3 % dari berat badan dengan frekwensi 2‐3 per hari. Selain pellet, induk diberikan juga   pakan berupa hijauan seperti daun singkong secukupnya. Lama   pemeliharaan induk lebih kurang 8 bulan. Induk yang siap pijah diperoleh   dengan cara seleksi. Ciri induk Jelawat dengan gonad yang matang adalah sebagai berikut:
Betina :
a. Perut membesar dan lembut.
b. Apabila diurut ke arah anus akan keluar cairan kekuningan.
c. Sirip dada halus dan licin
Jantan :
a. Perut langsing.
b. Apabila diurut akan keluar cairan putih (sperma)
c. Sirip dada terasa lebih kasar bila diraba
Pemijahan
Pemijahan jelawat dapat dilakukan secara alami dan buatan. Dalam pemijahan buatan, dapat dilakukan dengan penyuntikan (induced   breeding) menggunakan hormon. Induk jantan dan betina disuntik dengan   menggunakan hormon Ovaprim. Induk betina dilakukan 3 kali penyuntikan dengan dosis 0,7 ml /kg induk. Interval waktu antara suntikan pertama dan kedua 12 jam, sedangkan penyuntikan kedua dan ketiga 6 jam. Induk jantan dilakukan satu kali penyuntikan dengan dosis 0,5 ml/ekor induk bersamaan dengan penyuntikan kedua induk betina. Penyuntikan dilakukan   secara intramuscular pada bagian punggung. Kemudian dilakukan  stripping  (pengeluaran telur dan sperma dari Induk) setelah 4 – 6 jam  dari suntikan terakhir.  Telur  dan sperma ditampung dalam satu wadah yang bersih dan kering.  Kemudian  diaduk perlahan hingga tercampur rata dengan menggunakan bulu  ayam.  Tambahkan air bersih untuk mengaktifkan sperma, setelah terjadi   pembuahan maka dilakukan pencucian telur 3 – 4 kali hingga telur bersih   dari sisa sperma.
Penetasan
Pada  tahap  penetasan, diperlukan wadah untuk menampung dan menetaskan telur.  Wadah  penetasan telur berbentuk corong dengan diameter 60 cm tinggi 50  cm,  terbuat dari bahan lembut atau kain dengan bagian bawah diberi  aerasi  yang berfungsi untuk menggerakkan telur. Kepadatan telur 10.000 –   20.000 butir per corong, wadah tersebut ditempatkan didalam bak yang   sirkulasi airnya lancar. Pada suhu normal 26 – 28 0C, dalam waktu 18 –   24 jam telur akan menetas kemudian larva ditampung dalam bak perawatan.   Selama dalam perawatan larva diberi pakan berupa nauplii artemia atau   emulsi kuning telur yang telah direbus. Setelah larva berumur antara 7 –   10 hari, kemudian ditebarkan di kolam pendederan yang telah   dipersiapkan.
Pendederan
Pada tahap Pendederan, persiapan kolam meliputi pengeringan 2-3 hari, perbaikan pematang,
pembuatan  saluran  tengah (kamalir) dan pemupukan dengan pupuk kandung sebanyak  500-700  gr/m2. Kolam diisi air sampai ketinggian 80-100 cm. Pada saluran   pemasukan dipasang saringan berupa hapa halus untuk menghindari   masuknya ikan liar. Benih ditebarkan 3 hari setelah pengisian air kolam dengan padat penebaran 100-150 ekor/m2. Benih ikan diberi   pakan berupa tepung hancuran pelet dengan dosis 10-20 % per hari yang   mengandung lebih kurang 25% protein. Lama pemeliharaan 2-3 minggu. Benih yang dihasilkan ukuran 2-3 cm dan siap untuk pendederan lanjutan.  
